Apa Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek? Simak Penjelasannya!
Bangkinang | www.pa-bangkinang.go.id
Justice Seeker harus tahu bedanya napas pendek dan sesak napas
Sesak napas biasanya ditandai dengan dada terasa sakit dan detak jantung kencang. Sesak napas tak hanya kesulitan bernapas, namun juga ditandai dengan napas pendek. Lantas apa perbedaan sesak napas dan napas pendek?
Justice Seeker pernah merasa seolah-olah tidak bisa bernapas atau sulit untuk bernapas? Bisa jadi Justice Seeker mengalami yang namanya sesak napas. Cari tahu perbedaannya di bawah ini ya.
Apa Itu Sesak Napas?
Dilansir dari WebMd, setiap tahun, sekitar 25% hingga 50% orang di AS menemui dokter karena sesak napas. Biasanya dikenali dengan perasaan tidak nyaman yang kita rasakan ketika tidak bisa mendapatkan cukup udara. Sesak napas disebut juga sebagai dyspnea, yakni kondisi tidak nyaman yang menyulitkan kita bernapas secara normal. Ini terjadi karena kurangnya oksigen yang masuk ke dalam paru-paru.
Menurut MedlinePlus, pernapasan normal terjadi ketika udara masuk ke paru-paru dan keluar dari paru-paru. Proses pernapasan sendiri melibatkan bagian tubuh seperti paru-paru, diafragma, otot di dinding dada, dan saraf otak. Ini sebenarnya adalah gejala umum yang tidak berbahaya, bisa jadi karena kita telah melakukan suatu pekerjaan berat, sehingga kekurangan oksigen. Namun bisa juga kondisi ini sebagai salah satu pemicu masalah kesehatan lainnya.
Gejala Sesak Napas
Gejala napas sesak ini kerap dirasakan setiap kali kita berolahraga atau sedang menaiki tangga. Ini karena oksigen meningkat karena tenaga yang dikeluarkan lebih banyak pada tubuh. Sesak napas mungkin terjadi karena udara lebih sedikit yang masuk melalui hidung dan mulut atau terlalu sedikit oksigen yang masuk ke aliran darah. Melansir Healthline, sesak napas juga salah satu gejala penyakit paru-paru, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Gejala yang ditimbulkan adalah pernapasan lebih sulit ketika sedang beraktivitas. Di era pandemi ini, napas sesak juga menjadi salah satu gejala pada pasien positif Covid-19. Sangat banyak kemungkinan penyebab sesak napas setiap individu. Perlu diobservasi lebih lanjut oleh tenaga medis.
Penyebab Sesak Napas
Seperti yang kita tahu, napas yang sesak tidak bisa disimpulkan dari satu keadaan medis saja. Namun perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab napas yang terasa sesak itu. Ini berlaku jika seorang, tak kunjung membaik dalam beberapa waktu. Berikut ini adalah penyebab napas yang terasa sesak karena kondisi kesehatan tertentu.
1. Kanker Paru-paru
Sesak napas bisa menjadi salah satu gejala kanker paru-paru. Ini kerap ditemukan terutama pada stadium akhir. Gejala yang ditimbulkan selain napas yang sesak yakni batuk, nyeri dada, terdapat dahak, batuk darah, serta suara parau. Seiring waktu, kanker dapat menyebar ke jaringan atau organ tubuh sekitarnya, seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, atau hati. Jika kanker telah menyebar hingga ke organ atau bagian tubuh lain, gejala lain selain sesak napas akan muncul. Seperti nyeri tulang, kelelahan, mati rasa di jaringan saraf serta gangguan keseimbangan. Hanya dokter yang bisa mendiagnosis seseorang terkena kanker paru atau hanya sesak napas biasa.
2. Penyakit Paru-paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK berbeda dengan kanker paru-paru. PPOK adalah penyakit yang menyerang orang usia lanjut dan perokok aktif. Sesak napas, batuk tidak kunjung reda, napas tersengal-sengal, nyeri dada, dan pembengkakan di tulang tungkai adalah gejala PPOK. Sering ditemukan pada wanita yang berusia 40 lanjut ke atas. Untuk mendiagnosis penyakit ini biasanya bisa melalui tes paru-paru dan tes darah oleh dokter spesialis.
3. Anxiety Disorder
Ternyata, menurut Hackensack Meridian Health, gangguan kecemasan atau yang dikenal sebagai anxiety disorder, salah satu pemicu napas sesak yang sering terjadi pada kita. Saat stres atau merasa resah, otot-otot yang membantu bernapas menjadi kencang. Oleh sebab itu, napas pun jadi lebih cepat dari biasanya. Mungkin tubuh merasa tidak mendapatkan cukup udara, yang dapat membuat panik dan napas terasa sesak secara bersamaan. Gangguan kecemasan biasanya ditandai dengan nyeri dada, lemas, dan seperti ada rasa tidak enak pada tenggorokan. Cara untuk mengatasi ini adalah tetap rileks, duduk atau berbaring untuk melemahkan otot-otot yang kaku. Tarik napas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut. Hal ini dapat membantu membuat napas menjadi normal kembali.
Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek
"Sesak napas bisa tiba-tiba, atau bisa muncul perlahan-lahan seiring berjalannya waktu," kata Dr. Sandeep Gupta, Pulmonologi di UnityPoint Health. Sesak napas dan napas pendek memiliki kemiripan dengan gejala yang dirasakan. Namun ada perbedaan pada kedua jenis ini. Dokter Gupta menambahkan bahwa napas yang terasa sesak yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh infeksi sekunder pada paru-paru yang berhubungan dengan penyakit paru-paru. Biasanya terjadi pada perokok berat yang lama-kelamaan mengidap penyakit paru-paru.
Sesak ini terjadi ketika kesulitan bernapas karena penyakit tertentu atau setelah melakukan aktivitas tinggi yang melelahkan. Menurut studi yang diterbitkan oleh Mayo Clinic, secara teknis, napas pendek berarti menghirup dan menghembuskan napas lebih pendek dari pernapasan normal tetapi dengan irama yang sama. Sedangkan sesak napas inhalasi biasanya jauh lebih pendek dari pada pernapasan. Napas pendek dapat menjadi sesak napas ketika tugas-tugas normal tidak lagi mungkin atau jika perasaan cemas mulai terjadi.
Napas pendek juga salah satu gejala penyakit jantung. Melansir informasi dari Heart Failure Matters, napas pendek terjadi karena darah dalam tubuh dari jantung kembali ke pembuluh darah. Jantung tidak dapat memompa darah secara efektif, dan mengembalikan oksigen ke paru-paru. Hal ini yang membuat napas pendek.
Waktu Tepat Menemui Dokter
Jika sesak napas atau napas pendek sudah membuat kita tidak lagi bisa melakukan aktivitas sehari-hari, hal ini sudah menjadi alasan yang cukup untuk menemui dokter dan berkonsultasi. Selain itu, perhatikan juga beberapa tanda di bawah ini, yang bisa menjadi petunjuk gejala awal kondisi ini.
- 1. Sesak napas saat kita sedang beristirahat atau berbaring.
- 2. Menderita demam, tubuh menggigil, dan berkeringat di malam hari.
- 3. Detak jantung yang berdebar keras dan cepat.
- 4. Terdengar seperti bunyi saat kita bernapas.
Sesak napas dan napas pendek tidak berpihak pada jenis kelamin manapun. Sebuah studi dari Penn Medicine, kerap kali kondisi ini terjadi pada usia lanjut dengan keluhan kesulitan bernapas. Mendiagnosis penyebab kondisi ini pada lansia mungkin lebih sulit karena mereka dapat memiliki berbagai masalah medis yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Pada populasi lansia, kondisi ini kerap menjadi pemicu masalah jantung, yakni disfungsi diastolik. Ini adalah masalah relaksasi otot jantung yang memicu napas pendek atau sesak napas.
"Jika pasien berkata bahwa dulu mereka bisa melakukan X, Y dan Z dan sekarang jadi tidak bisa karena kondisi ini, itu adalah saat yang tepat untuk segera konsultasi ke dokter,” ucap Jason Fritz, MD, asisten profesor Clinical Medicine Divsion of Pulmonary and Critical Care Penn Medicine
Jika sudah menunjukan gejala-gejala di atas secara jelas, segera hubungi dokter untuk berkonsultasi. Jadi, sekarang Justice Seeker sudah tahu perbedaan sesak napas dan napas pendek, ya!(Eka/TimITPaBkn)